Konflik yang ada di masyarakat
KONFLIK YANG ADA DI MASYARAKAT
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya tulis dengan judul “Konflik Yang Ada Di Masyarakat”, karya tulis ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu profil lulusan SMP Labschool Jakarta.
Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
seluruh pihak yang sudah membantu dalam penulisan karya tulis ini, yakni kepada
yang saya hormati:
1.
Drs. H. Asdi Wiharto, selaku Kepala SMP Labschol Jakarta
yang turut serta memberikan pengesahan
2.
Siti Innayatu Sholiha, S. Pd, selaku
wali kelas yang memberikan dukungan dan saran
3.
Gilang Saputro, M. Hum dan Bapak
Wahyudi, S. Pd, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan sebagai ketua
panitia penanggung jawab penulisan karya tulis
4.
Dra. Titin Setiawati selaku guru
pembimbing dalam penulisan karya tulis
5.
Kedua orang tua penulis yang mendukung
dalam penulisan karya tulis ini
Jakarta, 19 Maret 2019
Penulis,
Ghitrifaldi Adrian Joffana
DAFTAR
ISI
Lembar pengesahan.......................................................................................... i
Kata pengantar……......................................................................................... ii
Daftar isi…….................................................................................................... iii
1.
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan
Masalah.................................................................................. 2
1.3. Batasan
Masalah.................................................................................... 3
1.4. Tujuan
Penulisan ................................................................................... 3
1.5. Teknik
Pengumpulan Data .................................................................... 3
2.
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 4
2.1. Pengertian
Konflik................................................................................. 4
2.2. Penyebab
Terjadinya Konflik ............................................................... 5
2.2.1. Determinan
Tingkat Aspirasi ................................................... 6
2.2.2. Determinan
persepsi mengenai aspirasi pihak lain.................... 8
2.2.3. Tidak
Adanya Alternatif Yang Dapat Diterima Semua Pihak. 9
2.3. Pengaruh
Konflik................................................................................... 10
2.3.1. Dampak
Ringan-berat............................................................... 10
2.3.2. Dampak
Kecil-besar.................................................................. 11
2.3.3. Dampak
Spesifik-umum............................................................ 11
2.3.4. Dampak Berhasil-menang-menyakiti
atau merugikan pihak lain 12
2.3.5. Dampak
Sedikit-banyak............................................................ 13
2.4. Solusi
penanganan konflik..................................................................... 14
3.
BAB III
PENUTUP.................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan............................................................................................ 16
3.2. Saran ..................................................................................................... 17
Daftar Pustaka.................................................................................................. 18
Daftar
Lampiran
............................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Konflik
sering terjadi di dalam masyarakat, hal tersebut biasanya disebabkan oleh
adanya perbedaan pemahaman antara dua pihak atau lebih dan karena adanya
perbedaan kebutuhan salah satu pihak. Konflik bisa menjadi hal yang baik dan
hal yang buruk. Terkadang apabila dalam suatu konflik terjadi provokasi yang berlebihan,
maka dapat menyebabkan terjadinya perselisihan.
Pada
umumnya konflik adalah suatu permasalahan sosial yang disebabkan karena adanya
perasaan saling tidak memahami dan bedanya kebutuhan para pihak. Jenis konflik
ada beberapa, diantaranya adalah konflik rasial, konflik antar agama, konflik
internasional, dan lain-lain.
Konflik sering kita hadapi dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan sekolah, masyarakat, ataupun rumah. Konflik juga
dapat menjadi hal yang positif apabila dapat dikontrol, namun konflik juga bisa
menjadi hal yang buruk jika semakin banyak provokasi dari kedua pihak sehingga
dapat menyebabkan perselisihan.
Untuk
menghindari terjadinya konflik, kita harus mengetahui penyebabnya terlebih
dahulu sehingga kita dapat mengantisipasi terjadinya konflik dengan melakukan
upaya preventif sesuai dengan penyebabnya
Di
negara Indonesia, konflik banyak sekali terjadi terutama karena masalah agama
dan politik, terkadang konflik tersebut dapat membuat terjadinya perselisihan antara
dua pihak, yang dapat merusak perdamaian dan memengaruhi masyarakat sekitar. Pengaruh
tersebut dapat berasal dari sejumlah media komunikasi seperti media sosial, TV,
teman, keluarga, dan lain lain.
Konflik
yang dapat memicu perkelahian adalah karena adanya provokasi atau salah
pahamnya terhadap suatu kalimat yang diucapkan, sehingga dapat terjadi aksi
protes atau perkelahian.
Dikarenakan
konflik merupakan sesuatu yang sangat terlibat dengan kehidupan kita bahkan
terjadi setiap hari, maka penulis merasa perlu membuat karya tulis dengan judul
“Konflik Yang Ada di Masyarakat“
1.2 Rumusan Masalah
Dari
penjelasan singkat diatas dapat diketahui beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa
itu Konflik?
2. Apa
penyebab terjadinya konflik?
3. Bagaimana
konflik bisa menjadi perkelahian?
4. Bagaimana
caranya untuk menghindari konflik?
5. Adakah
cara untuk mengontrol konflik?
6. Apa
dampak konflik?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat
banyaknya pembahasan tentang konflik, dalam karya tulis ini penulis membatasi
permasalahan pada pengertian konflik, penyebab terjadinya dan dampak konflik.
1.4 Tujuan Penulisan
Manfaat
dari penulisan karya tulis ilmiah “Konflik
yang ada di masyarakat” ini adalah agar kita dapat mengetahui penyebab terjadinya
konflik, kita juga dapat menghalangi terjadinya perkelahian yang disebabkan
oleh konflik, dan dapat mengetahui dampak konflik
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mencari data tentang topik ini, penulis mengumpulkan data dengan melakukan
metode studi pustaka dari berbagai sumber seperti buku dan internet berupa blog,
website, dan lain lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konflik
Menurut Webster (1966), pengertian
konflik dalam bahasa aslinya yaitu configere
adalah “perkelahian, peperangan, atau perjuangan.” (sesuai kutipan pada “Teori
konflik sosial”, 2009). Yang lebih bersifat konfrontasi fisik antara dua pihak
atau lebih. Arti kata tersebut berkembang setelah adanya pemahaman lain tentang
konflik yaitu “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai
kepentingan, ide, dan lain-lain.” (Webster, 1966). Masuknya pendapat kedua dari
Webster membuat kata tersebut menyentuh
aspek psikologi bukan hanya fisik saja. “Persepsi mengenai perbedaan kepentingan”
(Dean & Jeffrey, 2009:10), merupakan definisi lain dari arti kata konflik
menurut Dean dan Jeffrey.
Dari
pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat diartikan bahwa konflik merupakan
ketidaksepakatan atau perbedaan berbagai kepentigan, ide, dan lain lain yang
dapat menyebabkan perkelahian.
Konflik
sendiri bisa dibedakan berdasarkan 5 (lima) hal, yakni:
1. Berdasarkan
sifatnya yaitu konstruktif yang berarti menguntungkan dan destruktif yang
berarti merugikan
2. Berdasarkan
posisi pelaku terdiri dari vertikal yakni konflik antar kelompok masyarakat
yang memiliki tingkatan dan horizontal yakni konflik antar kelompok masyarakat
yang setara kedudukanya
3. Berdasarkan
sifat pelaku yaitu terbuka dan tertutup.
4. Berdasarkan
pengolahannya interindividu, antarindividu, antarelompok.
5. Berdasarkan
tingkat konsentrasi aktivitas manusia.
Konflik juga dapat berdampak positif atau
negatif, sebagai contoh dampak positif adalah dapat membuat atau memperkuat
hubungan antara dua pihak atau lebih melalui kompetisi. Sedangkan untuk contoh
negatif adalah dapat membuat terjadinya perkelahian apabila tidak ditemukanya
alternatif yang dapat diterima semua pihak yang terlibat
2.2 Penyebab Terjadinya Konflik
Konflik
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, secara tidak sadar masyarakat
melakukanya setiap saat. Berikut adalah penyebab-penyebab konflik :
a. Determinan
tingkat aspirasi (teguh kepada pendapat/pendiriannya)
b. Determinan
persepsi mengenai aspirasi pihak lain (kepercayaan terhadap pihak lain dan
pendapatnya)
c. Tidak
adanya alternatif yang dapat diterima semua pihak (tidak ditemukanya solusi) .
2.2.1 Determinan Tingkat Aspirasi
Salah satu penyebab konflik adalah karena
pihak-pihak yang terlibat masing-masing memiliki pendapat yang kuat, biasanya
pendapat tersebut memiliki suatu pertimbangan atau alasan mengapa mereka sangat
yakin akan pendapat itu. Menurut Dean dan Jeffrey (2009:28), “Pertimbangan
pertama adalah pertimbangan realistis, sedangkan yang kedua bersifat idealistis”.
Pertimbangan tersebut dapat timbul melalui berbagai cara, diantaranya:
1) Prestasi
masa lalu,
2) Persepsi
mengenai kekuasaan,
3) Aturan
dan norma, serta
4) Pembandingan
dengan orang lain.
Pertama
prestasi masa lalu, salah satu pertimbangan yang penting adalah prestasi masa
lalu yang merupakan pertimbangan realistis, ketika prestasi naik maka aspirasi
akan bangkit dan sebaliknya aspirasi akan jatuh ketika prestasi menurun. Hal
itu disebabkan karena orang merasa lebih berharap ketika segala sesuatu
bertambah baik dan kurang berharap ketika sesuatu bertambah buruk.
Kedua
persepsi mengenai kekuasaan, alasan realistis yang lainya adalah persepsi suatu
pihak terhadap posisi pihak yang beroposisi. Menurut Dean dan Jeffrey (2009:
30) bahwa “aspirasi juga cenderung meningkat ketika orang berhadapan dengan
seseorang atau sebuah kelompok yang sumber-sumber dayanya dianggap berharga dan tampaknya lebih lemah daripada dirinya
sendiri”. Maksud dari kutipan diatas adalah suatu pihak dapat merasa lebih
tinggi daripada pihak oposisi berdasarkan penampilan dan harta, yang dapat
menyebabkan pihak itu merasa lebih diuntungkan dalam suatu konflik.
Ketiga
aturan dan norma, menurut Thibaut dan Kelley (1959) “fungsi utama aturan adalah
untuk mengantisipasi aspirasi pihak-pihak oposan sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya konflik” (sesuai kutipan pada “Teori konflik sosial”,
2009). Dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa aturan dan norma diadakan
untuk mengantisipasi masalah atau konflik yang dapat terjadi, sehingga
kemungkinan terjadinya konflik dapat
dikurangi. Sebagai contoh adalah aturan mengenai pencurian, bila tidak ada
aturan mengenai itu maka konflik akan sering terjadi sehingga masyarakat tidak
bisa berfungsi dengan baik.
Keempat
pembandingan dengan orang lain, orang cenderung akan membandingkan diri dengan
orang-orang disekitarnya yang berdekatan, apabila dia merasa bahwa orang lain tersebut
berprestasi lebih baik atau lebih maju dibandingkan dengan dirinya, maka hal
ini akan menstimulasi terjadinya peningkatan pada aspirasinya sendiri yang
dapat memicu terjadinya konflik. Hal ini termasuk pertimbangan realistis dan
idealistis juga. Disebut realistis karena dirasakan masuk akal bila orang yang
menjadi pembandingnya dapat melakukan sesuatu maka dia juga dapat melakukan hal
yang sama, dan disebut idealistis dikarenakan dia berpikir bahwa hasil kerjanya
harus sama hasilnya dengan pembandingnya.
2.2.2 Determinan persepsi mengenai aspirasi pihak
lain
Penyebab
konflik yang lainya adalah tingkat kepercayaan suatu pihak terhadap pihak lain
dan opininya. Suatu pihak tidak akan dipercayai apabila pihak tersebut pernah
diberikan suatu amanah dan tidak bertanggung jawab, pengalaman tersebut dapat
menyebabkan pihak lain berpikiran bahwa pihak itu tidak akan segan-segan untuk
melakukannya lagi di lain waktu.
Menurut
Kriesberg (1982) yang menyatakan bahwa “selalu diperlukan adanya pengalaman
yang keras, yang mengecewakan, agar sebuah konflik dapat terjadi.” (sesuai kutipan pada “Teori Konflik Sosial”,
2009). Dari kutipan itu dapat diartikan bahwa konflik dapat terjadi apabila suatu
pihak pernah melakukan sesuatu yang mengecewakan pihak lain, yang dapat
menyebabkan berkurangnya kepercayaan pihak lain pada pihak tersebut
Apabila
antara para pihak tidak dapat saling mempercayai, maka akan timbul aspirasi
atau opini masing-masing yang berbeda sehingga dapat menyebabkan terjadinya
konflik. Menurut Dean dan Jeffrey (2009:36) “Estimasi mengenai tujuan pihak
lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan dan ketidakpercayaan”. Kita bisa
mengartikan dari kutipan Dean dan Jeffrey, suatu pihak dapat memperkirakan
tujuan pihak lain berdasarkan kepercayaan suatu pihak terhadap pihak itu.
Dari
dua kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, suatu pihak dapat
mempercayai pihak lain berdasarkan pengalamannya, apabila pihak itu pernah
mengecewakan suatu pihak lain maka opini dan pihak itu tidak akan dipercayai,
hal itu dapat menyebabkan bedanya tujuan dan opini sehingga bisa terjadi
konflik. Seperti seseorang yang berbohong ketika diajak pergi oleh orang lain, kemudian
dia tertangkap berbohong, hal itu dapat mengurangi kepercayaan orang lain
kepadanya.
2.2.3 Tidak Adanya Alternatif yang Dapat Diterima
Semua Pihak
Tidak adanya alternatif atau solusi
yang dapat diterima semua pihak adalah salah satu penyebab konflik lainnya. Jika
terjadi konflik antara dua pihak dan dapat ditemukan suatu solusi yang dapat
membuat kedua belah pihak mencapai tujuannya, maka pada kasus ini konflik tidak
akan terjadi. Namun sebaliknya jika suatu solusi tidak dapat ditemukan, maka
konflik akan terjadi.
Menurut
Dean dan Jefrrey (2009:38), “alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah
pihak dapat disebut sebagai solusi
integratif karena dapat
menyepakatkan –yaitu mengintegrasikan- kepentingan kedua belah pihak.” Meskipun
hanya sekedar ide-ide samar hal itu dapat membangkitkan harapan untuk
ditemukannya suatu solusi integratif, hal tersebut dapat menghilangkan
kemungkinan terjadinya konfllik.
Alternatif
integratif yang nyata disebut persepsi potensial integratif (Perceived Integrative Potential (PIP)).
Yaitu persepsi tentang adanya potensi untuk mencapai solusi yang integratif
atau yang dapat diterima semua pihak.
2.3 Pengaruh
Konflik
Ketika konflik terjadi, maka akan
ada perubahan atau dampak tertentu, meskipun dampak konflik itu terjadi secara terpisah antara masing-masing pihak. Hasil
dari dampak-dampak ini seringkali mengakibatkan semakin tegangnya konflik dan
semakin sulit untuk diatasi. Dampak-dampak tersebut dibagi menjadi lima, namun
dampak-dampak tersebut tidak selalu terjadi dalam satu konflik. Adapun kelima
dampak tersebut adalah:
1. ringan
– berat
2. kecil
– besar
3. spesifik
– umum
4. berhasil
– menang – menyakiti atau merugikan pihak lain
5. sedikit
– banyak
2.3.1 Dampak ringan-berat
Dalam suatu konflik akan terjadi suatu
argumentasi persuasif, dan janji untuk meyakinkan pihak lain agar sepakat
dengan dirinya dalam suatu aspirasi atau tujuan. Dalam banyak kasus, cara yang
lembut ini pada akhirnya digantikan oleh cara yang lebih berat seperti ancaman,
kadang bisa menimbulkan aksi kekerasan.
Yang
dimaksud dengan dampak ringan sampai berat adalah, saat konflik terjadi akan
ada proses membujuk antara satu pihak dengan pihak lain, dan apabila proses pembujukan
ini tidak berhasil maka hal itu bisa menimbulkan aksi kekerasan, sebagai contoh
peristiwa yang terjadi di University of New York in Buffalo (UB) yang dalam hal
ini taktik para mahasiswa beralih dari usaha memprotes pejabat rektor sampai
meledakan bom di gedung perpustakaan. Pihak polisi yang semula hanya menolak pelaku
protes kemudian beralih ke metode yang lebih keras, yaitu dengan cara memukul
dengan tongkat dan menahan mereka
2.3.2 Dampak kecil-besar
Ketika
konflik sedang memanas atau memuncak, masalah-masalah yang terjadi cenderung
terulang lagi, setiap pihak juga cenderung semakin terserap di dalam konflik
yang terjadi dan bersedia untuk mengerahkan segala sumber dayanya, saat kondisi
itu terjadi konflik bisa menjadi berbahaya.
Kedua kecenderungan ini dapat dilihat di
krisis UB, pihak mahasiswa semakin terganggu dengan adanya pihak polisi dan oleh
karenanya mahasiswa dengan cepat menuntut pihak polisi berulang kali dan aksi
protes dilakukan lagi. Sedangkan untuk pihak polisi mereka mengeluarkan sumber daya
dalam bentuk waktu dan konsentrasi dengan mengerahkan sebuah kontingen atau pasukan
besar ke dalam kampus.
2.3.3 Dampak spesifik-umum
Menurut
Dean dan Jeffrey (2009:144), “di dalam yang konflik yang sedang memuncak, masalah
spesifik cenderung berubah menjadi masalah umum”. Kondisi ini menyebabkan hubungan
antara pihak-pihak yang terlibat cenderung mengalami kemunduran yang bersifat
umum.
Setelah melalui konflik, maka cenderung timbul
perasaan tidak suka antara pihak satu dengan pihak lainnya, sehingga menimbulkan
perasaan tidak toleransi terhadap pihak lain, sebagaimana yang terjadi di
krisis UB. Setelah adanya kehadiran pihak polisi di dalam kampus, para
mahasiswa mulai merasa tidak senang atau terganggu, hal itu menyebabkan adanya
tuntutan agar pihak universitas melepaskan diri dari keterlibatanya.
2.3.4 Dampak berhasil-menang-menyakiti atau merugikan pihak lain
Pada
tahap-tahap awal konflik, pihak-pihak yang terlibat cenderung menjadi egois,
maksud dari egois dalam konteks ini adalah suatu pihak akan berusaha
sebaik-baiknya untuk kepentingannya sendiri, tanpa mempedulikan dampak baik
atau buruknya terhadap pihak lain. Menurut Deutsch (1958), hal itu disebut
“Orientasi Individualistis”, (sesuai kutipan pada “Teori konflik sosial”,
2009).
Menurut Dean dan Jeffrey (2009:145),
tanda tanda terjadinya orientasi individualistis adalah adanya pemikiran yang
mementingkan kepentingan diri sendiri dan bebas dari pemikiran mengenai nasib
orang lain. Tetapi ketika konflik sedang memuncak maka kepentingan yang tadinya
sederhana menjadi tujuan-tujuan kompetitif. “Suatu pihak akan menggangap bahwa
dirinya berhasil atau sukses saat dia mengalahkan pihak lain”, (Dean dan
Jeffrey, 2009:145). Hasilnya ketika konflik sedang berlanjut maka kerugian yang
dialami kedua pihak semakin besar, dampak dari hal tersebut adalah tujuan
masing-masing pihak cenderung berubah, dan untuk mencapai tujuan itu
membutuhkan pengorbanan, yang dimana pengorbanan itu lebih merugikan pihak
lain.
Sebagai
contoh dapat kita lihat di krisis UB. Mahasiswa yang tujuan awalnya hanya
memprotes kehadiran polisi di dalam kampus dengan cepat berubah menjadi
mengajukan tuntutan yang sangat sulit dipenuhi oleh bagian administrasi.
2.3.5 Dampak sedikit-banyak
Menurut
Dean dan Jeffrey (2009:146), “konflik yang dimulai dengan agitasi yang dilakukan oleh sedikit peserta sering
kali tumbuh menjadi tindakan kolektif, ketika salah satu pihak merasa gagal
untuk memenangkannya”. Maksud dari kutipan tersebut adalah, ketika konflik
terjadi dengan disertai adanya hasutan maka, pihak lain yang tadinya tidak
terlibat dengan konflik bisa jadi bergabung dengan salah satu pihak sehingga
dia terlibat dengan konflik itu, dan suatu pihak akan mulai menghasut pihak
lain ketika dia merasa gagal.
Menurut Dean dan Jefrrey (2009:146)
menyatakan bahwa salah satu pihak akan mulai menghasut pihak lain ketika dia
mulai berpikiran, “bila anda tidak bersedia melakukan apa yang saya inginkan
dan saya tidak mampu mendapatkan apa yang saya inginkan melalui ancaman, janji,
atau cara lain untuk memanipulasi anda, maka kepentingan utama saya adalah
mencari orang-orang yang sejalan dengan saya”. Dari kutipan tersebut dapat
diartikan suatu pihak akan mencari pihak lain yang tujuannya sama dengan pihak
tersebut apabila pihak oposisi tidak mau bekerja sama atau menyamakan
tujuannya.
Dari dua kutipan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa, konflik yang disertai dengan adanya hasutan dapat menyebabkan
suatu pihak yang tadinya tidak terlibat dengan konflik bisa jadi terlibat karena
pihak itu bergabung dengan salah satu pihak yang terlibat dengan suatu konflik,
dan suatu pihak akan mulai menghasut ketika dia merasa gagal menghasut pihak
oposisi untuk bekerja sama
Sebagai
contoh dapat dilihat di dalam krisis UB. Mahasiswa radikal, yang tadinya
bertindak sendiri mampu mengajak ribuan sekutu dengan berjalannya waktu,
demikian juga dengan bagian administrasi yang melibatkan polisi dalam jumlah
yang semakin besar.
2.4 Solusi
penanganan konflik
Menurut
Dean dan Jeffrey ada tiga cara untuk menangani konflik yang terjadi yaitu:
1
Melakukan kompromi
Kompromi
adalah kesepakatan yang dicapai ketika kedua belah pihak mengambil titik tengah
dari sebuah permasalahan atau opini yang jelas. Kebanyakan kompromi tidak
memberikan hasil yang tiap pihak harapkan namum tidak seburuk apa yang mungkin
mereka dapatkan, hal tersebut mengapa kompromi disebut memberikan hasil yang
ada di titik tengah suatu permasalahan.
2
Membuat kesepakatan tentang tata cara
menentukan pemenang
Cara yang kedua untuk menangani konflik adalah
dengan membuat sebuah kesepakatan untuk
menentukan siapa yang menang. Namun
permintaan kedua pihak tetap terkabulkan, tetapi ada satu pihak yang semua
permintaannya terpenuhi, sedangkan ada
pihak lain yang permintaannya tidak
terpenuhi semuanya hanya beberapa saja.
Ada beberapa cara untuk menentukan pemenangnya yaitu:
1) Melempar
koin, pihak yang pilihannya sesuai dengan permukaan koin yang muncul dianggap
sebagai pemenang
2) Membandingkan
kebutuhan, pihak yang dianggap paling berkepentingan dengan isu yang
diperdebatkan dianggap sebagai pemenang
3) Menyerahkan
pada keputusan pihak ketiga, pihak yang pendapatnya tampak paling meyakinkan
menurut hakim dianggap sebagai pemenang
4) Pemungutan
suara, pihak yang mendapatkan suara mayoritas atau terbanyak dianggap sebagai
pemenang
3
Menemukan solusi integratif
Menurut Dean dan Jefrrey (2009:38), solusi
integratif adalah alternatif yang
memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Dari ketiga cara untuk menangani konflik,
solusi integratif adalah cara yang menghasilkan solusi paling memuaskan
pihak-pihak yang terlibat, bedanya solusi integratif dengan kompromi adalah,
solusi integratif menghasilkan solusi yang lebih menguntungkan pihak-pihak yang
terlibat, sedangkan kompromi menghasilkan solusi yang membagi rata keinginan pihak-pihak
yang terlibat. Contohnya seorang adik dan kakak memperebutkan suatu ayam goreng,
kakaknya hanya menginginkan dagingnya, sedangkan adiknya hanya menginginkan
kulitnya. Akhirnya mereka setuju untuk
membagi rata ayam itu, hal tersebut dibilang kompromi. Padahal kedua pihak
dapat lebih diuntungkan apabila kakaknya mengambil dagingnya dan adeknya hanya
mengambil kulitnya, dan hal itu disebut solusi integratif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik
dapat dimengerti sebagai ketidaksepakatan atau perbedaan berbagai kepentingan,
ide, dan lain lain. Konflik dapat dibagi berdasarkan sifatnya, posisi
pelaku, sifat pelaku, pengolahanya, dan berdasarkan tingkat konsentrasi
aktivitas manusia. Konflik ada dampak positif dan negatifnya, dalam hal ini
dampak positifnya adalah dapat membuat atau memperkuat hubungan antara dua
pihak atau lebih, dan dampak negatifnya adalah dapat membuat terjadinya
perkelahian apabila tidak ditemukanya solusi.
Konflik disebabkan oleh beberapa hal
yakni determinan tingkat aspirasi, determinan persepsi mengenai aspirasi pihak
lain, dan tidak adanya alternatif yang dapat diterima semua pihak. Konflik
sendiri memiliki 5 macam dampak tersendiri yaitu,
1. Dampak
Ringan-berat
2. Dampak
Kecil-besar
3. Dampak
Spesifik-umum
4. Dampak
Berhasil-menang-menyakiti atau merugikan pihak lain
5. Dampak
Sedikit-banyak
3.2 Saran
Berdasarkan
uraian di atas, diketahui konflik bisa menjadi hal yang baik dan hal yang buruk
bagi masyarakat, oleh karena itu penulis memberikan beberapa saran agar
terhindar terjadinya konflik yang berlebihan yang berdampak buruk, sebagai
berikut:
1) Saran
untuk pembaca
a. Lebih
terbuka terhadap opini atau tujuan pihak lain;
b. Tidak
menghakimi opini atau tujuan pihak lain berdasarkan pengalaman yang pernah
dilalui;
c. Menjadikan
orang lain yang lebih sukses sebagai motivasi atau perbandingan bukan sebagai
penumbuh rasa iri, sehingga tidak menyebabkan terjadinya konflik
2) Saran
untuk penulis
a. Kurangnya
sumber pustaka
b. Topik
pembahasan yang kurang spesifik
3)
Saran untuk peneliti lain
a. Topik
pembahasan yang lebih spesifik tentang konflik
b. Menggunakan
lebih banyak sumber pustaka
c. Melakukan
lebih banyak survei di daerah konflik
DAFTAR
PUSTAKA
Pruitt, Dean G. dan
Jeffrey Z. Rubin. 2009. Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susan , Novri MA. 2014.
Pengantar Sosiologi Konflik, Indonesia: Prenada Media
Anonim.
2017. Pengertian Konflik, Penyebab dan
Contoh Konflik Sosial. www.blogpengertian.com.
Diunduh pada Kamis, 7 Februari 2019 (Pukul 18.20
WIB)
Sosiologi
pintar. 2014. Pemecahan Masalah Konflik dan Kekerasan. Sosiosociety.blogspot.com. Diunduh pada Jumat, 9 Februari
2019 (Pukul 16.25)
Mufazzall.
2015. Teori konflik. Mufazzall.blogspost.com. Diunduh pada Jumat, 9 Februari 2019 (Pukul 16.30)
Maxmanroe.
2019. Pengertian konflik: Arti, Faktor penyebab, Jenis, dan Dampak konflik. www.maxmanroe.com.
Diunduh pada Jumat, 8 Februari 2019 (Pukul 17.00)
Lampiran
Contoh
1: Buku rujukan “Teori Konflik Sosial”, ditulis oleh Dean G. Pruitt dan Jeffrey
Z. Rubin, diterbitkan oleh pustaka pelajar (2009) di Yogyakarta
Contoh
3: Buku rujukan “Pengantar Sosiologi Konflik”, ditulis oleh Novri Susan, MA, diterbitkan
oleh Prenada Media (2014) di Indonesia
Contoh
2 : Aksi demonstrasi sebagai contoh konflik
Komentar
Posting Komentar